Picture Source Freepik |
Sejak virus corona melanda Indonesia, berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di tanah air. Salah satunya adalah melakukan rapid test.
Rapid test atau test deteksi cepat ini sudah mulai diterapkan di Indonesia sejak bulan Maret 2020 lalu. Hingga kini, test deteksi cepat masih dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia.
Holla..
Sudah memasuki bulan ke lima kita masih dibayang bayangi oleh virus corona yang hingga kini belum ada vaksin atau obatnya. Walaupun sudah memasuki new normal atau tatanan kehidupan baru, tetapi kita juga harus senantiasa menjalankan protokol kesehatan.
Tetap waspada dan jika kamu ingin lebih yakin kamu dapat melakukan rapid test lho.. meski namanya sudah sangat familiar sejak virus corona masuk ke Indonesia, namun belum banyak yang mengetahui apa sebenarnya test deteksi cepat tersebut dan bagaimana cara kerjanya.
"Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh manusia bila ada paparan virus corona".
Untuk itulah agar kita memahami apa itu test deteksi dini, berikut rangkuman ulasan tentang fakta-fakta test deteksi cepat.
5 Fakta Penting Rapid Test Virus Corona
1. Cara Kerja
Cara kerja test deteksi dini adalah dengan memeriksa sampel dari tubuh pasien. Tim medis akan mengambil sampel berupa darah yang diambil dari ujung jari.Sampel darah tersebut kemudian diuji menggunakan sebuah alat khusus bernama rapid test kit. Cairan pelarut beserta reagen diteteskan pada tempat yang sama.
Setelah itu, tunggu selama 10 – 15 menit untuk melihat hasilnya yang akan tampak berupa garis di alat tersebut.
Picture Source Freepik |
2. Prinsip Kerja
Jenis tes diagnosa cepat yang dilakukan di Indonesia adalah menggunakan prinsip pendeteksian virus dengan antibodi. Hal ini karena antibodi cukup mudah didapatkan, baik dari sampel darah, serum, maupun plasma darah.Sampel darah dilihat dari tubuh pasien untuk dideteksi keberadaan antibodinya. Prinsip kerja test diagnosa cepat bukanlah mendeteksi keberadaan virus corona di dalam darah. Melainkan mendeteksi adanya antibodi di dalam sampel darah pasien.
Picture Source Freepik |
Ketika seseorang terinfeksi oleh virus corona, maka tubuh secara otomatis akan membentuk antibodi berupa Immunoglobulin M serta Immunoglobulin G. Jadi, prinsip kerja test diagnosa cepat adalah untuk melihat keberadaan IgM serta IgG yang bisa menjadi indikasi bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat virus yang menyerang.
3. Keakuratan Rendah
Sensitivitas metode ini ternyata cukup rendah, yaitu hanya 36% saja. Akibatnya, hasil yang keluar terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Besar kemungkinan pasien mendapat hasil negatif pada test tersebut, padahal tubuhnya sudah terinfeksi oleh virus.Mengapa hal ini bisa terjadi? Test diagnosa cepat bisa menunjukkan hasil yang kurang akurat karena yang diuji adalah antibodi. Perlu diketahui bahwa antibodi tidak akan langsung terbentuk sesaat setelah virus menyerah tubuh seseorang.
Setidaknya, dibutuhkan waktu minimal 1 minggu agar antibodi bisa terbentuk secara optimal. Akibatnya, hasil test bisa saja negatif karena alat ini kurang sensitif untuk mendeteksi antibodi yang belum terbentuk optimal. Maka dari itu, test diagnosa bukanlah jaminan apakah seseorang positif atau negatif virus corona.
4. Bukan Test Virus Corona
Banyak masyarakat yang menganggap bahwa test diagnosa cepat ini bisa langsung menunjukkan hasil apakah di dalam tubuh seseorang ada virus corona atau tidak. Padahal, test diagnosa cepat tidak bisa mengetahui hal tersebut.Test ini hanya mampu mendeteksi apakah terdapat virus di dalam tubuh seseorang atau tidak. Namun, tidak bisa memastikan bahwa virus tersebut adalah virus corona dan bisa saja merupakan virus lainnya.
Picture Source Freepik |
Sementara itu, test virus corona hanya bisa dilakukan lewat PCR test atau Polymerase Chain Reaction. Metode ini mampu mengetahui ada tidaknya virus corona di dalam tubuh pasien melalui pemeriksaan laboratorium. Dalam pemeriksaan ini, sampel yang digunakan berupa lendir yang diambil dari hidung atau tenggorokan pasien.
5. Bisa Dilakukan di Puskesmas atau Rumah Sakit
Saat ini, sudah banyak puskesmas dan rumah sakit yang melayani test diagnosa cepat virus corona. Hampir di semua daerah di Indonesia sudah menyediakan alat ini, sehingga masyarakat yang mengalami gejala atau pernah kontak dengan pasien positif corona bisa segera diperiksa untuk memastikan kondisi kesehatannya.Cara mendaftar test virus corona sangat mudah. Bahkan, kini bisa dilakukan via online menggunakan aplikasi Halodoc. Halodoc merupakan aplikasi yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Daftar Rapid Test di Rumah Sakit Bisa Melalui Aplikasi Halodoc |
Saat ini, Halodoc bekerjasama dengan puskesmas ataupun rumah sakit di beberapa daerah di Indonesia guna menangani kasus virus corona. Masyarakat juga bisa konsultasi dengan gratis lewat fitur chat dokter pada aplikasi Halodoc.
Konsultasi Dokter Gratis Melalui Fitur Chat Dokter di Aplikasi Halodoc |
Itu dia beberapa fakta terkait rapid test virus corona yang perlu diketahui oleh masyarakat. Jadi, jangan sampai salah persepsi terhadap pemeriksaan ini. Jika mendapatkan hasil negatif setelah melakukan test diagnosa cepat tersebut, sebaiknya tetap waspada dan ikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Salam hangat,
Elly Nurul
Dulu awal2 denger Rapid test ngeri banget, sekarang mah udah biasa. Dan yang jelas bener banget, meski hasil negatif tetep harus waspada untuk mematuhi protokol kesehatan.
BalasHapusSemoga kita semua selalu diberikan kesehatan yaaa, dan halodoc apps yang memudahkan kita juga untuk menjadi teman sehat.
rapid tes skrg banyak digelar dimana2 ya, di pasar2, setelah orang ngadain acara, dll. suamiku dan aku belum pernah rapid tes, mudah2an sih jangan, deg2an juga ya nunggu hasilnya, corona bikin parno bgt
BalasHapuskarena saya phobia jarum, saya memilih metode yang di ujung jari mba, biar deh tingkat ke akuratannya rendah drpd saya pingsan pas di cek darah hahahaa :)
BalasHapusUntuk tes pertama, memang banyak yang pakai rapid test. Tapi habis itu ulang juga kan. Tetap patuhi protokol kesehatan juga biar jauh-jauh dari virus dan penyakit
BalasHapusJadi, rapid test ini semacam gerbang awal untuk test lanjut untuk mengatahui positif Corona / tdk, begitu ya mba?
BalasHapusAku blm pernah sih..tapi sepertinya sudah baca dilakukan secara umum ya..
Pantas saja ya mbak banyak kasus pasien poatifi Corona namun hasilnya negatif setelah di rapit. Nambah pengetahuan nih. Duuh berasa parno menghadapi pandemi saat ini. Harus benar-benar jaga kondisi tubuh supaya imun tetap stabil. Dan aplikasi Halodoc ini sangat membantu kita mendapatkan informasi seputar kesehatan ya.
BalasHapusaku sedih banget kak, pandemi ini tak kunjung pergi, malah seminggu ini dapat kabar ada korban di daerah tempat tinggal ku 2 orang positif, new normal ini malah bikin lebih parno dari sebelumnya, karena beberapa kali didatangi ambulance dengan apd lengkap.
BalasHapusTernyata hasilnya kurang efektif ya untuk mengetahui benar atau tidak seseorang terpapar virus Corona. Tapi untuk lanjut ke PCR biayanya ya alamaaakk.. kalau masyarakat umum ya pastinya berat kalau kudu langsung PCR gini.
BalasHapusNah bener banget ya ini keakuratannya rendah, kalau daya tahan tubuh kita lagi drop pasti hasilnya reaktif walaupaun gak kena virus corona ya
BalasHapusIya sih. Tetep pada deg-degan sendiri karena pikiran. Tapi semoga tetap pada jaga kesehatan
HapusAdikku mau ujian masuk universitas dan salah syaratnya adalah menampilkan hasil rapid test ini.
BalasHapusAku baru tau mekanisme pengambilan sampel hingga ujinya.
Semoga sehat-sehat selalu yaa...
Dan kemarin, mas sama Ibukku pun pakai alat rapid test yang dijual di pasaran ini, kak.
HapusAlhamdulillah negatif dan kita cukup tau ini untuk semakin meningkatkan imun tubuh dengan makan yang bergizi dan olahraga.
Semoga kami sekeluarga sehat
BalasHapusLihat nominal rupiah untuk rapid test bikin ngeri karena untuk makan saja kami benar-benar berupaa setelah kena dampak
Poin nomor 4 itu sangat penting disosialisasikan, soalnya masyarakat awam tahunya kalau hasil rapid tes sudah langsung mengetahui apakah ia positif atau negatif corona.
BalasHapusMamah papahku nih pernah di-rapid tes dan Swab test di sebuah rumah sakit swasta dadakan gitu. Panjang deh ceritanya sereeem pisan. ALhamdulillaah hasilnya negatif. Ternyata di Halodoc ini kita bisa tes juga ya. Malah banyak sekali dokter yang kita bisa tanyakan/ konsultasi.
BalasHapusMeskipun keakuratannya rendah, rapid test ini masih jadi salah satu metode cepat dan lebih murah untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus atau enggak. Kalau memang reaktif baru dilanjut tes PCR/Swab yang jauh lebih mahal. Cuma karena stigma yang kurang tepat orang jadi banyak yang takut duluan sama rapid test ini.
BalasHapusRapid test memang ternyata keakuratan rendah untuk deteksi covid ya. Rapid test dengan hasil negatif, belum tentu tidak terkena covid. Ada banyak kasus yang rapid test negatif ternyata setelah di swap hasilnya positif. Begitu juga kebalikannya, rapid reaktif tapi setelah di swap hasilnya negatif covid.
BalasHapusSekalipun hasilnya kurang sensitif, tapi jika perlu lebih baik tetap dilakukan ketimbang tidak ya Mbak. Cuma banyak juga berita yang tertular Covid-19 gara-gara melakukan test. jadinya gimana gitu, ngeri-ngeri sedap
BalasHapusNah aku sedihnya juga soal keakuratannya itu mak, rendah banget. Beresiko kecolongan sih kitanya ya. Tapi apa daya ya di jalani aja selama belum ada obatnya. Semoga kita demua terlindungi
BalasHapusMasih banyak ya, Kak, orang yang mengira Rapid Test sudah pasti valid sebagai test terinfeksi virus Corona. Tapi setidaknya berguna untuk identifikasi awal, supaya bisa ditangani secara lebih tepat.
BalasHapusSebagai langkah awal dalam pendeteksi an virus covid, rapid test bisa menjadi metode yang diselenggarakan termasuk di beberapa pelayanan kesehatan. Apalagi kini Halodoc juga berinovasi dimana masyarakat umum bisa dengan mudah memesan paket layanan kesehatan dan tes Covid-19 secara online jadi lebih mudah
BalasHapuswah PCR sudah bisa dilakukan di puskesmas juga ya.
BalasHapusJadi pengen cek aplikasi halodoc buat mengetahui tempat PCR terdekat dari sini
Baru baca dari media bahwa Rapid Test kini tidak disarankan lagi digunakan untuk pengetesan covid 19, dengar-dengar cuma menghabiskan dana negara saja.
BalasHapusRapid Test Covid hanya dapat digunakan untuk skrining pada populasi spesifik dan situasi khusus, seperti pada pelaku perjalanan (termasuk kedatangan Pekerja Migran Indonesia, terutama di wilayah Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN), serta untuk penguatan pelacakan kontak seperti di lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok pesantren, dan pada kelompok- kelompok rentan.
“Penggunaan Rapid Test tidak digunakan untuk diagnostik,” demikian tertulis pada peraturan halaman 82 di bagian defisini operasional.
Semakin banyak yang diperiksa akan lebih waspada kita terhadap penyakit ini, adikku di kantornya semua cek swab fasilitas dari kantor semoga hasilnya sehat semua Aamiin
BalasHapusDi malang tgl 23 Juli akan ada rapid test gratis. Antara mau dan tidak mau untuk rapid test heuu
BalasHapusTes aja mbak, kali butuh buat bepergian atau kerjaan kan lumayan gratis
HapusRapid test gini memang hasilnya tidak bisa jadi patokan dia negatif atau postif corona. Malah ada yang non reaktif orang itu ternyata positif.
BalasHapusRapid test ini emang masih banyak disalahpahami oleh masyarakat ya. Di tempatku yang lumayan ndeso, sering baru reaktif langsung orang heboh sebut positif. Dan orang di sini banyak yg parno lo pas ada pemeriksaan rapid test. mereka udah kayak mau diapain gitu. Hadeuhhh
BalasHapusRapid tes ini kapan hari dilakukan secara gratis aja pd gak mau, lari2an kucing2an ma petugas hehe. Soalnya pd takut kalau reaktif pdhl bener akurasinya rendah. Soalnya engalaman temen suami abis begadang esoknya rapid eh reaktif.
BalasHapusaku wajib di kantor untuk ikut rapid test mba, Memang hanya mengindikasikan kita for or tidak dan jika reaktif pun belum tentu Corona yaa
BalasHapusTetangga selisih tiga gang di tempatku ada yang katanya PDP, dan dirawat di rumah sakit. Keluarganya langsung ikut rapid test, entah hasilnya gimana. Baru hari ini sih test nya
BalasHapusBeberapa minggu lalu saya nervous berat mau rapid test. Bukan masalah prosedurnya yang bikin nervous. Tentang hasil, kalaupun rekatif juga belum tentu positif COVID-19. Tapi kalau sampai reaktif, rencana naik pesawat terbang bakalan tertunda. Juga pasti akan ada keribetan susulan semacam karantina mandiri atau bahkan test ulang dan juga test swab. Ya pasti akan ada hikmahnya dr penundaan itu, tapi namanya manusia, maunya sesuai agenda :)
BalasHapusKeakuratannya rendah tapi kita masih lebih banyak pakai rapid test daripada swap ya mba, sedih juga karena lagi lagi karena faktor dana. Semoga keadaan semakin membaik walaupu keliatannya kok malah angkanya semakin naik
BalasHapusMeski keakuratannya kurang dalam mendeteksi c19 tetep bisa menjadi bagian dari tes ya?Orang juga udah keburu meyakini kalo hasil reaktif pasti covid..
BalasHapusOoh jadi ini buat deteksi ada virus di tubuh atau tidak. Ok-ok, selama ini sering dengar tingkat akurasi rendah dari rapid tapi belum paham.
BalasHapus